Protected by Copyscape Plagiarism Scanner

Saturday 13 September 2014

PART II : CALISTA KAZ “BANGKITNYA SANG NAGA” (Chapter 14)



14.  RUH HITAM ARKHATAYA

Cakar-cakar kokoh Arkhataya mencengkram tubuh Calista yang langsung menjerit panik.
Membawa gadis pewaris gelang Arkhataya itu terbang tinggi ke langit biru yang berkilau.
”CALISTAAAAA!!!!” teriakan Ness terdengar pilu memanggil gadis yang disayanginya itu.
Ness yang berada di punggung Griffin mencoba untuk mengejar Arkhataya. Arkhataya yang mengetahui dirinya diikuti segera berbalik dan menyemburkan api dari moncongnya yang besar kearah Griffin. Dengan lincah Griffin mengelak sambil mengepakkan sayapnya terbang menjauh.
            Dengan geram Ness terus mengarahkan Griffin untuk kembali mengejar sosok yang mengerikan itu. Setelah dalam jarak yang cukup dekat. Ness melirik Calista yang terlihat ketakutan dalam cengkraman cakar Arkhataya.
Ness berteriak sekeras mungkin memanggil nama Calista mencoba untuk menenangkannya.
”BICARALAH PADA MAKHLUK ITU KALAU AKULAH RAGA YANG DIINGINKANNYAA!!  Teriak  Ness geram.
Meski wajahnya nampak pucat dan ketakutan namun Calista menggeleng kuat-kuat. ”TIDAK!!”
”Sial!!” rutuk Ness pada dirinya sendiri.
Kembali semburan api dari moncong Arkhataya hampir mengenai sayap Griffin. Dengan cepat Ness melayangkan serangan kinetis nya pada Arkhataya yang nampaknya sia-sia, karena naga besar itu sama sekali tidak merasakan apapun.
”TOLONG AKU NESS!!” teriak Calista panik diatas ketinggian.
”MANTRAI DIAA CAL!! MANTRAII DIAA SEKARAAANGG!!” seru Ness kesal.
Diatas ketinggian dan dalam keadaan melayang Calista mencoba berkonsentrasi. 
DENGARLAH AKU ARKHATAYA YANG AGUNG...
PEJAMKAN MATA DAN BERMIMPILAH KEMBALI ....
DENGARLAH AKU ARKHATAYA YANG HEBAT ...
PEJAMKAN MATA SAMPAI AKU MEMANGGILMU LAGI ....
Erangan keras terdengar menggema dari moncong Arkhataya.
”BODOHH!! MANTRA MU SUDAH TIDAK BERPENGARUH PADAKUUU!!
”DENGARKAN AKU ARKHATAYA!! DENGARKAANN!!” teriak Calista panik.
Arkhataya mengerang keras dan menyemburkan api ke semua benda yang dilintasinya. Para prajurit cahaya dan beberapa ksatria Crystal yang tadinya mengelu-elukan sang naga berbalik ketakutan dan berlarian menyelamatkan diri.
”KAU TELAH BERJANJI PADAKUUU!! BERIKANN RAGA YANG TELAH KAU JANJIKANN!! ATAU AKU AKAN MENGHANGUSKAN NEGRI INI!!” kembali Arkhataya mengerang marah.
Dari kejauhan Zordius terlihat berdiri menghunus pedang peraknya. Lalu mengarahkannya pada Arkhataya. Seketika itu juga keluar pendaran cahaya perak yang ternyata api sihir negri peri yang ditujukan pada Arkhataya.
Sayap kiri Arkhataya terkena sambaran api dari pedang Zordius. Seketika itu juga Arkhataya hilang keseimbangan. Calista berteriak ketakutan karena Arkhataya melepaskan cengkramannya pada tubuh Calista.
Dengan sigap Ness yang sejak tadi duduk diatas punggung Griffin menepuk punggung Griffin dan menukik kearah Calista yang meluncur jatuh. Calista jatuh tepat dalam pelukan Ness. Dan tanpa sadar mereka berpelukan. Calista mengatur napas dan menatap sepasang mata emas Ness yang teduh.
”Kau melanggar perjanjian kita Cal.” omel Ness kesal.
”Aku tidak mau kehilangan kau Ness!!!” sahut Calista marah.
Ness hanya dapat menatap Calista dengan senyum tipis dan wajah terharu.
”Aku bisa gila jika harus kehilangan kau....
Belum sempat Calista meneruskan ucapannya. Ness langsung mencium Calista dengan perasaan membara. Calista hanya dapat menangis haru dan membalas ciuman hangat Ness Ferin. Laki-laki setengah peri yang diam-diam ia cintai selama ini.
Dari dataran tinggi tempatnya berdiri Quilla berteriak marah begitu melihat kemesraan Ness dan Calista.
Sementara itu Ness dan Calista yang terhanyut dalam momen indah itu tidak menyadari jika Arkhataya terbang kencang memburu Griffin dari belakang. Semburan api Arkhataya sempat mengagetkan Griffin yang untungnya dapat menghindar. Calista berteriak panik dan berpegangan pada Ness.
”Katakan padanya akulah raga yang kau janjikan itu Calista!!” seru Ness.
Calista menggeleng kuat-kuat.
”Kau benar-benar keras kepala!” sungut Ness. ”PEGANGAN PADAKU!!” teriak Ness tiba-tiba mengejutkan Calista yang langsung memeluk pinggang Ness dari belakang.
Arkhataya menyemburkan kembali api dari moncongnya. Hawa panas terasa dekat di kulit Calista. Untuk sesaat pikiran Calista melayang kembali ke sebuah pondok kecil tempat dimana ia melakukan ritual pemanggilan arwah Obidia bersama Evelyn,
”Apakah kau sudah menanyakan yang kuminta?” bisik Calista pada Evelyn.
Evelyn tersenyum datar. “Obidia bilang, kau tidak akan bisa membunuhnya. Kau hanya bisa mengurungnya dalam raga yang mati.”
Pandangan Calista nanar oleh semburan-semburan api yang ditiupkan Arkhataya dengan amarah. Kembali terngiang ucapan Evelyn tempo hari di benaknya.
“Kau tidak akan bisa membunuhnya. Kau hanya bisa mengurungnya dalam raga yang mati.”
Seulas senyum mengembang di sudut bibir Calista.
“NESSS!!! AKU TAHU BAGAIMANA CARA MENGALAHKANNYA!! teriak Calista bersemangat.
Ness menoleh senang. “Bagus!! Tunggu apalagi sayang. Lakukan sekarang atau kita akan hangus terbakar semburan api makhluk jelek itu!!”
“Turunkan aku sekarang Ness!!” seru Calista penuh percaya diri.
Sepasang mata emas Ness menyipit ragu. “Kau yakin?!”
“Yah. Aku sangat yakin! Aku akan melenyapkan Arkhataya untuk selamanya!” kerling Calista pada Ness.
Dengan cepat Ness menepuk punggung Griffin seraya membisikkan sesuatu. Dengan kecepatan penuh Griffin menukik tajam.
“Pegang aku Cal!” perintah Ness.
Dengan sedikit gemetar Calista memeluk erat pinggang Ness.
Arkhataya mengerang keras dan membuntuti kami dengan penuh amarah.
Griffin terus menukik dan menjejakkan cakar-cakarnya diatas dataran tebing curam dengan sempurna.
Calista langsung merapalkan mantra dizzante. Dengan cepat gulungan asap hitam menggulung tubuhnya turun dari punggung Griffin dan menjejakkan kaki dengan rapih di dataran yang tak rata tersebut.
“Pergilah dari sini Ness!! teriak Calista pada Ness.
“Apa kau sudah gila??  Aku tidak akan meninggalkan kau sendirian dengan monster itu!!” nada suara Ness meninggi.
“Percayalah padaku Ness. Sekarang pergii!!” teriak Calista begitu melihat jarak Arkhataya sudah begitu dekat.
Ness bergumam kesal meski akhirnya mengikuti kemauan Calista. Dengan cepat Ness menepuk punggung Griffin untuk kembali terbang menjauh.
Calista segera berlari mencoba mencari perlindungan.
Tapi sayangnya seseorang terlihat berdiri tegak dengan angkuh menatapnya dengan mata penuh kebencian.
Tubuh Calista terasa lemas begitu melihat Quilla berdiri di depannya.
”KAU AKAN MATI DITANGANKU PENYIHIR!!” teriak Quilla seraya melayangkan bola api yang berada ditangan kanannya kearah Calista yang spontan meluncurkan sihir api peri bersamaan.
Calista dan Quila sama-sama terdorong jatuh begitu kekuatan api mereka saling bertabrakan di udara.
”KUMOHON QUILLA JANGAN SEKARANG!!” pinta Calista panik.
”KAU MEREBUT NESS DARIKU!!!” teriak Quilla lagi histeris.
Calista berlari menghindari lemparan sihir api Quilla.
”NESS MILIKKKUU!! amuk Quilla semakin menjadi.
Bersamaan itu pula Arkhataya telah menjejakkan cakar-cakarnya yang tajam dengan mantap tepat di tempat Calista dan Quilla tengah bersiteru.
”DIMANAAA RAGAA YANG KAU JANJIKAANNNN!!!” erangan Arkhataya menggema keras mengejutkan Calista dan Quila bersamaan.
Quila sempat terpana melihat Arkhataya.
”CALISTAAA!!!!” erang Arkhataya marah.
 Sepasang mata hitam dengan bintik merah di bola matanya kini menatap buas kepada Calista yang nyaris berhenti bernapas.
”Aku tidak punya raga untukmu!” Sahut Calista takut-takut.
”ARRRRGGGGGGGGHHHHHHH!!!!!!!” Arkhataya berteriak marah yang menyerupai erangan panjang bagi yang mendengarnya tanpa gelang.
Quilla menatap Calista sedikit terkejut. ”Kauu!! Kauu berbicara dengan naga jelek itu penyihirr!!”
Calista hanya dapat menatap Quilla.
”KAUUU MENANTANGKUU GADISS BODOHH!!!” Arkhataya mulai berjalan mendekati Calista dengan menggelengkan kepalanya ke kanan ke kiri lalu mengerang panjang.
”TIDAKK!! BUKAN SEPERTI ITUU!!” bantah Calista panik.
Arkhataya menoleh pada Quilla lalu mengerang keras dan berbalik mendekati putri Zordius yang wajahnya kini menjadi pucat ketakutan.
”AKU AKAN MEMBUNUHH TEMANNMU ITUU!!”  moncong Arkhataya mengendus keras dan langsung bergerak mendekati tubuh Quilla.
”QUILLAAAA LARIII!!!!” teriak Calista panik.
Wajah Quilla pucat lalu berlari mencoba menghindari Arkhataya.
Icessendrios!!! teriakk Calista.
Butiran-butiran es keluar dari kedua telapak Calista meluncur kearah Arkhataya. Dan menghujam cepat ke tubuh Arkhataya.
Punggung besarnya yang bertanduk hingga ujung buntut Arkhataya terkena hujaman es bertubi-tubi. Arkhataya mengerang marah dan sibuk menghindar.
Calista menarik tangan Quilla untuk melarikan diri. sayangnya Quilla yang angkuh malah menghentakkan tangan Calista dan berteriak marah.
”Jangan sentuh aku penyihir!!!” teriak Quilla marah.
”Arkhataya akan membunuhmu! Dan dia bersungguh-sungguh akan melakukan niatnya itu Quilla!” sahut Calista putus asa.
Quilla memiringkan kepalanya seraya menatap angkuh kepada Calista.
”Baiklah! Tapi sebelum naga jelek itu membunuhku. Aku akan memastikan dia membunuhmu terlebih dahulu penyihir!!!” teriak Quilla seraya menarik tangan Calista dan mendorongnya kasar hingga Calista terjerembab jatuh diantara bebatuan tak rata.
Kening Calista berdarah terkena ujung bebatuan yang tajam.
Quilla lalu berbalik dan berteriak memanggil Arkhataya.  ”HEYYY! NAGAA BRENGSEK!!”
Arkhataya menoleh pada Quilla.
Tangan Quilla menunjuk pada Calista yang berusaha bangkit dan mengelus dahinya yang berdarah.
”DATANGLAH PADA TUANMU YANG TIDAK BERGUNA ITUU!!’ teriak Quila sinis.
Sepasang mata hitam dengan bintik merah di bola mata Arkhataya kini menatap buas kearah Quilla dan Calista bergantian lalu mengerang keras. Lalu Arkhataya meluncur cepat kearah Quilla yang nampak terkejut karna tidak menduga jika Arkhataya justru malah mengejarnya.
Quilla panik. Dengan cepat mengayunkan kedua telapak tangannya kearah Arkhataya. Bola api keperakan meluncur cepat kearah Arkhataya yang langsung mengepakkan sayapnya dan terbang menghindar.
Serangan Quilla meleset.
Arkhataya kini mencengkramkan cakar-cakarnya pada tubuh Quilla yang menjerit ketakutan.
”QUILLAAA!!!” seru Calista panik seraya merapalkan mantra dizzante kearah Arkhataya.
Gulungan asap meluncur kesekeliling tubuh naga besar itu. Arkhataya mengerang keras berusaha melepaskan dirinya dari belitan asap hitam dan tanpa sengaja cakar-cakarnya melepaskan tubuh Quilla diatas ketinggian.
Quilla kembali menjerit histeris.
Dengan cepat Calista melepaskan gulungan asap ke tubuh Quilla. Tubuh Quilla yang tergulung asap hitam meluncur perlahan dan mendarat dengan pelan .
Calista berteriak keras seraya merapalkan mantra api peri kearah Arkhataya.
“Dengan segala kekuatan cahaya bumi. Bakar dan hanguskan keinginanku!!!
Arkhataya yang masih terbelit gulungan asap hitam mengerang keras begitu cahaya api berwarna biru terang menyambar mata kanannya. Arkhataya kehilangan keseimbangan dan menukik tajam, terhempas diantara bebatuan tebing.
Sementara itu para ksatria Crystal dan prajurit cahaya yang melihat dari tempat persembunyian menunggu dengan wajah ketakutan. Zordius menatap cemas kearah jatuhnya sang naga.
Calista segera berlari menghampiri Quilla yang masih duduk terpana karena shock.
“Aku akan membawamu ke tempat aman.” ucap Calista seraya mengulurkan tangannya pada Quilla.
Quilla tersadar. Ia berdiri dari tempatnya terduduk dan tak menghiraukan uluran tangan Calista. Lalu menatap Calista dingin dengan raut kesal.
“Mereka berpikir kau akan menyelamatkan kita semua. Tapi kau tahu itu semua hanya omong kosong! Naga itu sepertinya begitu bernafsu hendak membunuhmu!!” sindir Quilla.
“Kau benar. Dan aku tidak akan berbohong padamu!” sahut Calista dingin.
“Apakah Ness mengetahui semua ini??” pancing putri Zordius itu dengan angkuh.
Calista hanya menghela napas panjang dan mengangguk pelan. “Ya.”
Wajah Quilla kembali memerah. “Dia tahu! Dan dia melindungimu!”
Calista hanya terdiam menahan napas dengan penuh ketegangan.
“Kalian berdua memang brengsek!!! Aku benci kaliaann!!” maki Quilla marah dan berjalan pergi meninggalkan Calista yang hanya dapat menarik napas panjang.
‘CALISTAA!!!” panggil Ness dari atas punggung Griffin.
Calista menoleh. Dilihatnya Ness yang tengah duduk diatas punggung Griffin tersenyum penuh kecemasan.
Ness menepuk punggung Griffin yang langsung meluncur pelan dan mendaratkan kaki-kakinya yang kokoh di tanah.
Ness melompat cepat dan berlari menghampiri Calista. Disentuhnya dengan lembut kedua pipi Calista dengan kedua tangan kokohnya.
“Kau baik-baik saja kan?! Aku benar-benar ketakutan setengah mati memikirkan keselamatanmu!” desahnya lembut.
Calista begitu bahagia mendengar ucapan Ness padanya.
Calista menggeleng pelan.”Aku baik-baik saja Ness.”
Quilla yang diam-diam memperhatikan dari balik pohon tua yang separuh tumbang mulai terbakar cemburu. Napas Quilla memburu.
Suara raungan kasar yang melengking tinggi mengejutkan Ness dan Calista.
Arkhataya yang tadi terhempas di tebing kini terbang dengan segenap kemarahan yang meluap. Tujuannya satu. Membunuh Calista yang telah mengingkari janjinya.
“Naiklah keatas Griffin.” perintah Ness.
Calista mengangguk.
Dengan cepat Ness melompat ke punggung Griffin. Lalu mengulurkan tangannya pada Calista. Calista yang menyambut uluran tangan Ness tidak menyadari bahaya yang akan menyerangnya.
Quilla muncul dari balik pohon tua dan berteriak marah seraya melontarkan bola api kearah Calista.
Calista memekik kesakitan begitu api lontaran Quilla mengenai tangannya. Griffin tersentak kaget dan terbang cepat mencoba menghindari lontaran api kedua dari Quilla.
“HENTIKAN QUILLA!! teriak Ness marah berusaha mengendalikan Griffin yang malah terbang menjauh.
Quilla berlari kearah Calista yang memegangi tangan kanannya yang kesakitan.
Dilihatnya separuh jarinya memerah seperti terbakar.
“JIKA AKU TIDAK BISA MEMILIKI NESS. KAU PUN TAK AKAN KUBIARKAN MEMILIKINYA PENYIHIRR!!” teriak Quilla kembali melontarkan bola api kearah Calista.
Dengan cepat Calista melontarkan sihir api kearah bola api Quilla yang seketika itupun padam.
Quila terkejut dengan wajah penuh amarah.
Icessendrios!!! teriak Calista sambil mengayunkan kedua tangannya ke tubuh Quilla.
Butiran-butiran es tajam meluncur cepat kearah Quilla.
Quilla berteriak panik.
Lalu sebuah cahaya putih meluncur cepat membentengi Quilla dan meruntuhkan hujaman ratusan es di udara itu dan jatuh ke tanah.
Zordius berdiri memperisai Quilla.
Calista terkejut dan menunduk hormat. ”Yang mulia.”
Quilla berteriak kesal. ”Dia merebut Ness dariku ayah!!”
”DIAMM!!” perintah Zordius dingin pada putrinya tersebut.
Belum sempat Calista menjelaskan pada Zordius akan persoalan antara dirinya dengan Quilla. Arkhataya menukik tajam sambil meraung keras mengejutkan dirinya, Zordius dan Quilla.
Zordius meraih tangan Quilla untuk menghindar.
Sementara Calista melayangkan sihir api nya kearah Arkhataya yang tidak tinggal diam dan menyemburkan api dari moncongnya.
Calista berlari menghindar. Namun kakinya tersandung batu besar hingga akhirnya terguling beberapa langkah.
Sementara Zordius tidak tinggal diam dan mulai melayangkan bola api ke wajah Arkhataya yang menoleh cepat. Sayangnya bola api tersebut mengenai sayap Arkhataya.
Separuh sayap Arkhataya pun terbakar.
Arkahataya mengerang marah dan mengejar Zordius yang berlarian menghindar bersama Quilla. Quilla mencoba membantu ayahnya dengan melemparkan bola api dari kedua tangannya. Arkhataya semakin murka dan mengejar Quilla yang berteriak panik ketakutan.
Cakar-cakar kokoh Arkhataya berhasil mencengkram bahu Quilla dan melayang terbang sambil meraung keras menunjukkan raungan kemenangan.
”AYAHHHH!!!” jerit Quilla ketakutan.
”QUILLAAAA!!!” Zordius berteriak murka memanggil nama putri kesayangannya yang dibawa terbang Arkhataya ke langit biru.
Arkhataya kembali meraung keras.
Dan tepat di depan mata Zordius, cakar-cakar kokoh Arkhataya melemparkan tubuh Quilla dari langit.
”TIDAKKKK!!!!” teriak Zordius marah.
Ness yang berada di punggung Griffin mencoba menolong dan mengejar tubuh Quilla, sayangnya semburan api dari moncong Arkhataya menyambar sayap Griffin. Griffin mengerang panjang merasakan kesakitan karena ujung sayapnya terbakar. Lalu oleng diudara dan menukik tajam ke tanah. Ness terhempas dari punggung Griffin. Dan jatuh terguling di dataran yang tak rata.
Jeritan pilu Quilla terdengar panjang dan memilukan berbarengan dengan tubuhnya yang terhempas jatuh menabrak tebing curam.
”QUILLAAA!!!” kembali Zordius berteriak pilu memanggil nama putri satu-satunya itu.
Tubuh Quila terhempas keras ke tanah dan tewas seketika.
Zordius melompat turun sambil meratapi putrinya yang kini terbujur kaku dengan wajah membiru jauh di bawah sana.
Odile dan beberapa pasukan cahaya memberanikan diri mendekati tempat terjatuhnya Quilla.
Sementara itu Calista mencoba bangun dengan rasa sakit luar biasa di seluruh tubuhnya. Lengannya lecet terkena bebatuan tajam. Sementara ia masih merasakan jari kanannya terasa nyeri akibat terbakar api peri Quilla.
Kemudian Calista berlari sekuat tenaga ke ujung tebing. Dilihatnya Quilla yang terbaring kaku di bawah sana. Disampingnya Zordius nampak tengah menangisi putri angkuhnya yang telah tiada itu.
Calista yang berdiri di ujung tebing tidak menyadari jika Arkhataya telah mendaratkan sepasang cakarnya di tanah.
Arkhataya meraung keras.
Calista terkejut dan membalikkan badannya.
Sepasang mata Arkhataya yang kelam kini menatapnya seolah tertawa puas. Calista dapat melihat dengan jelas jika separuh sayap Arkhataya telah hangus terbakar. Moncongnya mengeluarkan asap panas.
Arkhataya meraung keras pada Calista.
Calista menarik napas panjang mencoba untuk tenang.
”BERSIAPLAHH!! AKU AKAN SEGERA MENEMPATI RAGAMUU ITU PENYIHIRR!!!” kekehnya berupa raungan panjang yang menyeramkan.
Calista mundur perlahan ke bibir tebing tempat dimana ia memijakkan kakinya. Lalu perlahan melirik ke bawah tebing dengan wajah tegang.
Calista menyadari jika ia berada di posisi yang tidak menguntungkan. Tidak ada tempat untuk berlari atau bersembunyi karena Arkhataya telah berdiri menghadangnya.
Kembali terngiang ucapan Evelyn tempo hari di benaknya.
“Kau tidak akan bisa membunuhnya. Kau hanya bisa mengurungnya dalam raga yang mati.”
Sepasang mata Calista kembali melirik ke bawah tebing dengan was-was.
“KAU TERJEBAKK PENYIHIR!! RAGAMUU MILIKKUUU!!!” raung Arkhataya senang.
Calista mencoba untuk memfokuskan pikirannya pada Ness.
“Dengarkan aku Ness...” batin Calista mencoba untuk bertelepati pada Ness.
Ness yang tengah mencoba mengobati Griffin merasakan keresahan luar biasa. Pikirannya kacau sekaligus bingung memikirkan Calista.
“Ness.. Jemput aku di ujung tebing. Aku membutuhkanmu...”
Ness tersentak pelan.
Sekilas ia merasakan seolah Calista baru saja berbicara dengannya.
“Ness aku membutuhkanmu. Jemput aku di ujung tebing ini.”
Dengan cepat Ness menoleh kearah tebing. Dilihatnya Arkhataya tengah berhadapan dengan sosok Calista yang nyaris tidak terlihat dari jarak pandangnya.
”Bangunlah. Kita harus menyelamatkan Calista!!”
Griffin mengerang pelan.
”Kumohon. Kami membutuhkanmu...
Dengan susah payah Griffin berdiri. Seakan tak ingin mengecewakan tuannya. Griffin memaksakan diri berdiri tegak dan mulai mengembangkan sayapnya.
Wajah Ness tersenyum datar. ”Terimakasih.”
Lalu dengan cepat Ness melompat ke punggung Griffin yang dengan cepat mengepakkan sepasang sayapnya dan terbang menuju tebing tempat Calista berada.
            Sementara itu Calista yang tengah menatap Arkhataya berusaha memutar otak untuk melumpuhkan Arkhataya.
            Sayangnya Arkhataya mulai menyenandungkan rapalan mantranya pada Calista.
DARAH PENYIHIR AKAN MENJADI DARAHH PARA PENYIHIR
KETIKA YANG HIDUP AKAN MATI DAN YANG MATI AKAN HIDUP KEMBALI.
SATUKAN DARAHH DAN JIWA RAGA KAMI YA ORUA HITAM.
Calista terpana begitu mendengar Arkhataya menyebut nama ruh hitam Orua.
SATUKAN DARAHHH DAN JIWA RAGA KAMI YAA ORUA HITAMM
Arkhataya tiba-tiba menorehkan cakarnya pada lengan Calista yang langsung menjerit kesakitan. Darah mengucur cepat dari lengan Calista.
            Wajah Calista pucat menahan rasa sakit di lengannya yang masih mengucurkan darah.
DARAH PENYIHIR AKAN MENJADI DARAHH PARA PENYIHIR
KETIKA YANG HIDUP AKAN MATI DAN YANG MATI AKAN HIDUP KEMBALI.
SATUKAN DARAHH DAN JIWA RAGA KAMI YA ORUA HITAM.
Calista merasakan sepasang kakiknya mulai kaku.
Aku tidak bisa merasakan kedua kakiku. Batin Calista panik.
DARAH PENYIHIR AKAN MENJADI DARAHH PARA PENYIHIR
KETIKA YANG HIDUP AKAN MATI DAN YANG MATI AKAN HIDUP KEMBALI.
”Aku tidakk akann menyerahkann ragaku padamu Arkhataya!!” seru Calista seraya melayangkan sihir apinya ke moncong Arkhataya yang langsung meraung kesakitan.
            ”CALISSTAAAA!! seru Ness dari atas punggung Griffin.
Calista menoleh penuh kelegaan. Namun ia tidak dapat menggerakkan kedua kakinya.
            ”Dia memantrai aku Ness!!” seru Calista.
”Gulung dirimu kearahku Cal! Kau bisa melakukannyaa!” teriak Ness panik dari atas Griffin yang masih melayang di udara.
            Dengan cepat Calista segera memantrai tubuhnya dengan sihir asap dizzante nya. Dan dengan kedua tangannya yang masih dapat digerakkan Calista menggulung sendiri tubuhnya meluncur kearah Griffin.
            Mata kanan Arkhataya yang terbakar membuat Arkhataya kehilangan fokus pandangannya.
            ”KAUU MILIKKUU PENYIHIRRR!!” raung Arkhataya murka.
            Dengan segenap kekuatannya Arkhataya mengejar tubuh Calista yang tergulung asap hitam dan meluncur di udara.
            Sepasang mata Calista dapat melihat begitu dekatnya jarak antara Arkhataya dengan dirinya.
            Aku harus mengurungnya dalam raga yang mati. Tapi bagaimana? batin Calista panik.
Tanpa disengaja sepasang mata Calista tertuju pada kilauan cahaya mentari yang terpantul dari gelang emas berbentuk naga yang melingkari lengan kanannya.  Gelang warisan dari Obidia.
            Calista tertawa haru begitu teringat gelang warisan dari kakeknya tersebut.
Jarak Calista dengan Arkhataya kini semakin dekat.
Dengan berkonsentrasi penuh Calista yang pandai menghafal mantra berteriak keras mengulangi rapalan mantra pemisah jiwa yang didengarnya dari moncong Arkhataya yang ditujukan padanya tadi.
KETIKA YANG HIDUP AKAN MATI DAN YANG MATI AKAN HIDUP KEMBALI.
            Teriak Calista lantang.
Arkhataya tertawa keras. ”BODOHHH!! KAU JUSTRU MEMPERCEPAT PERPINDAHAN RAGA KITA!!!” raung Arkhataya puas.
            ”MENDEKATLAH WAHAII ARKHATAYA!! teriak Calista membujuk sang naga.
Begitu Arkhataya mendekatkan kepalanya pada tubuh Calista dengan sekuat tenaga Calista membenturkan gelang emas warisan Obidia ke hidung naga tersebut. Yang langsung hilang keseimbangan dan meraung kesakitan karena mengeluarkan darah dari kedua hidungnya. Setetes darah Arkhataya pun terpercik di gelang emas warisan Obidia yang berada di lengan Calista.
Kemudian Calista berteriak keras-keras dengan lantang.
KETIKA YANG HIDUP AKAN MATI DAN YANG MATI AKAN HIDUP KEMBALI
KURUNGLAH JIWA TERKUTUK INI DALAM RAGA MATI INI OH RUH HITAM ORUAAA
            Calista menggeleng pelan dan tersenyum dingin. Lalu  mengangkat lengan kanannya tepat kearah mata Arkhataya yang tertuju pada Calista. Arkhataya begitu bernafsu meluncur terbang mengejar tubuh Calista yang masih tergulung asap hitam tanpa menyadari apa yang tengah dilakukan Calista padanya.
             ”ARKHATAYAA!!” panggil Calista.
Sepasang mata kelam itu menatap Calista dengan buas. Tanpa membuang waktu Calista mengarahkan gelang naga emasnya sejajar dengan mata Arkhataya yang buta separuh.
            Calista kembali berteriak merapal mantra.
KETIKA YANG HIDUP AKAN MATI DAN YANG MATI AKAN HIDUP KEMBALI
KURUNGLAH JIWA TERKUTUK INI DALAM RAGA MATI INI OH RUH HITAM ORUAAA
KURUNGLAHH JIWA ARKHATAYA DALAM RAGA MATI INII OHH RUHH HITAM ORUAAAAAAAAA
            Keajaiban terjadi.
Tubuh besar naga tersebut hilang keseimbangan. Sepasang mata Arkhataya meredup dan mulai menutup perlahan.
            ”TIDDAAAKKKKK!!!!” raung Arkhataya keras namun terlambat.
            Ruh Arkhataya mulai merasuki gelang emas yang berada di lengan Calista. Calista merasakan gelang di lengannya menjadi begitu berat namun perlahan mulai menjadi ringan.
            Aku berhasil mengurungnya. Aku berhasil mengurung Arkhataya dalam gelang ini. Batin Calista senang bercampur haru seraya mengelus gelang naga dilengan kanannya itu.
            Bersamaan dengan itu. Tubuh sang naga melayang jatuh dari ketinggian karena telah kehilangan ruhnya. Namun sayangnya, Arkhataya yang licik masih sempat menyemburkan api dari moncongnya kearah Calista yang tidak memperkirakan hal itu akan terjadi.
Calista menjerit panik begitu terkena percikan panas dari moncong Arkhataya.
            Lengan kiri baju Calista terbakar dengan sangat cepat.
Calista berteriak memanggil Ness seraya mencoba mematikan api yang mulai menjalar ke kerah bajunya dengan menepuk-nepuknya dengan telapak tangannya.
            Ness menepuk punggung Griffin yang masih terluka, memaksanya untuk terbang demi menyelamatkan Calista.
            Tubuh Calista jatuh meluncur cepat karena sudah terlepas dari mantra sihir asap yang sudah tidak membelit tubuhnya di udara lagi.
            Ness berhasil menangkap tubuh rapuh Calista sambil berusaha mematikan percikan api dikerah baju si penyihir naga tersebut.
            Percikan itu padam. Dan Calista berhasil diselamatkan oleh Ness.
            Ness memeluk gadis yang dicintainya itu dengan haru.
            Menepuk Griffin menjauhi tebing seraya menyaksikan tubuh sang naga yang terjatuh di bawah tebing dengan keras.
            Ness pun bernapas penuh kelegaan.

***

Calista berdiri diatas tebing. Menatap pemandangan disepanjang lembah Crystal dalam diam.
”Kau suka dengan apa yang kau lihat?” sapa Ness pelan seraya memeluk Calista dari belakang.
Tanpa menoleh Calista hanya tersenyum dan tak bergeming. Pandangannya tetap menatap lurus ke bawah tebing menikmati pemandangan di lembah Crystal yang begitu indah.
”Heyy. Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku sayang?” protes Ness pada Calista.
Calista tertawa.
”Yah aku menyukainya. Aku merasa seperti berada dirumah.” sahut Calista pelan.
”Bagus! Karena kau memang telah berada dirumah sekarang.” ucap Ness seraya mempererat pelukannya sambil mencium rambut Calista yang tergerai tertiup angin sore.
Calista berbalik lalu menatap Ness malu-malu. ”Meski terkadang sulit bagiku untuk menatap sepenuhnya keindahan lembah ini hanya dengan satu mataku.”
Ness mengusap sisi wajah kiri Calista yang mengenakan penutup mata. Ditatapnya wajah kekasihnya yang memiliki goresan luka di sudut mata kiri nya itu, yang kini tertutup kain putih hingga ke separuh wajah cantiknya.
Ness mencium bibir Calista tanpa merasa risih dengan wajah kekasihnya itu.
Calista menarik wajahnya dari Ness dengan kikuk.
Sepasang mata emas Ness yang indah menatapnya lembut. Kedua tangan kokoh Ness meraih wajah Calista dan mendekatkan wajahnya  kembali pada Calista.
Senyum indah menghias wajah tampan si pangeran peri tersebut.
”Aku mencintaimu.” tegas Ness mencoba untuk meyakinkan.
Setitik airmata haru terlihat berkilau di sudut mata kanan Calista.
Ness mengusap airmata Calista.
”Aku akan selalu mencintaimu sepanjang hidupku, Cal.” desah Ness dengan sepasang mata emasnya yang menatap dalam pada Calista.
Calista tersipu dan mengangguk pelan. ”Aku percaya padamu.”
Ness memeluk Calista dengan hangat.
Mereka kembali menikmati keindahan lembah Crystal dalam diam.
Sementara itu senja mulai datang memerahkan langit diatas tanah leluhur si gadis penyihir naga.

END.



 Writer : Misaini Indra        
Image from : http://wall.alphacoders.com/big.php?i=78182