Cakar-cakar kokoh Arkhataya mencengkram
tubuh Calista yang langsung menjerit panik.
Membawa
gadis pewaris gelang Arkhataya itu terbang tinggi ke langit biru yang berkilau.
”CALISTAAAAA!!!!” teriakan Ness terdengar pilu memanggil gadis yang disayanginya itu.
”CALISTAAAAA!!!!” teriakan Ness terdengar pilu memanggil gadis yang disayanginya itu.
Ness
yang berada di punggung Griffin mencoba untuk mengejar Arkhataya. Arkhataya
yang mengetahui dirinya diikuti segera berbalik dan menyemburkan api dari
moncongnya yang besar kearah Griffin. Dengan lincah Griffin mengelak sambil
mengepakkan sayapnya terbang menjauh.
Dengan
geram Ness terus mengarahkan Griffin untuk kembali mengejar sosok yang
mengerikan itu. Setelah dalam jarak yang cukup dekat. Ness melirik Calista yang
terlihat ketakutan dalam cengkraman cakar Arkhataya.
Ness berteriak sekeras mungkin memanggil
nama Calista mencoba untuk menenangkannya.
”BICARALAH PADA MAKHLUK ITU KALAU AKULAH
RAGA YANG DIINGINKANNYAA!! Teriak Ness geram.
Meski wajahnya nampak pucat dan ketakutan
namun Calista menggeleng kuat-kuat. ”TIDAK!!”
”Sial!!” rutuk Ness pada dirinya sendiri.
Kembali semburan api dari moncong
Arkhataya hampir mengenai sayap Griffin. Dengan cepat Ness melayangkan serangan
kinetis nya pada Arkhataya yang nampaknya sia-sia, karena naga besar itu sama
sekali tidak merasakan apapun.
”TOLONG AKU NESS!!” teriak Calista panik
diatas ketinggian.
”MANTRAI DIAA CAL!! MANTRAII DIAA
SEKARAAANGG!!” seru Ness kesal.
Diatas ketinggian dan dalam keadaan
melayang Calista mencoba berkonsentrasi.
DENGARLAH AKU ARKHATAYA YANG AGUNG...
DENGARLAH AKU ARKHATAYA YANG AGUNG...
PEJAMKAN
MATA DAN BERMIMPILAH KEMBALI ....
DENGARLAH
AKU ARKHATAYA YANG HEBAT ...
PEJAMKAN
MATA SAMPAI AKU MEMANGGILMU LAGI ....
Erangan keras terdengar menggema dari
moncong Arkhataya.
”BODOHH!! MANTRA MU SUDAH TIDAK
BERPENGARUH PADAKUUU!!
”DENGARKAN AKU ARKHATAYA!! DENGARKAANN!!”
teriak Calista panik.
Arkhataya mengerang keras dan menyemburkan
api ke semua benda yang dilintasinya. Para prajurit cahaya dan beberapa ksatria
Crystal yang tadinya mengelu-elukan sang naga berbalik ketakutan dan berlarian
menyelamatkan diri.
”KAU TELAH BERJANJI PADAKUUU!! BERIKANN
RAGA YANG TELAH KAU JANJIKANN!! ATAU AKU AKAN MENGHANGUSKAN NEGRI INI!!” kembali
Arkhataya mengerang marah.
Dari kejauhan Zordius terlihat berdiri
menghunus pedang peraknya. Lalu mengarahkannya pada Arkhataya. Seketika itu
juga keluar pendaran cahaya perak yang ternyata api sihir negri peri yang
ditujukan pada Arkhataya.
Sayap kiri Arkhataya terkena sambaran api dari
pedang Zordius. Seketika itu juga Arkhataya hilang keseimbangan. Calista
berteriak ketakutan karena Arkhataya melepaskan cengkramannya pada tubuh
Calista.
Dengan sigap Ness yang sejak tadi duduk
diatas punggung Griffin menepuk punggung Griffin dan menukik kearah Calista
yang meluncur jatuh. Calista jatuh tepat dalam pelukan Ness. Dan tanpa sadar
mereka berpelukan. Calista mengatur napas dan menatap sepasang mata emas Ness
yang teduh.
”Kau melanggar perjanjian kita Cal.” omel
Ness kesal.
”Aku tidak mau kehilangan kau Ness!!!”
sahut Calista marah.
Ness hanya dapat menatap Calista dengan
senyum tipis dan wajah terharu.
”Aku bisa gila jika harus kehilangan
kau....
Belum sempat Calista meneruskan ucapannya.
Ness langsung mencium Calista dengan perasaan membara. Calista hanya dapat
menangis haru dan membalas ciuman hangat Ness Ferin. Laki-laki setengah peri
yang diam-diam ia cintai selama ini.
Dari dataran tinggi tempatnya berdiri
Quilla berteriak marah begitu melihat kemesraan Ness dan Calista.
Sementara itu Ness dan Calista yang terhanyut
dalam momen indah itu tidak menyadari jika Arkhataya terbang kencang memburu Griffin
dari belakang. Semburan api Arkhataya sempat mengagetkan Griffin yang untungnya
dapat menghindar. Calista berteriak panik dan berpegangan pada Ness.
”Katakan padanya akulah raga yang kau
janjikan itu Calista!!” seru Ness.
Calista menggeleng kuat-kuat.
”Kau benar-benar keras kepala!” sungut
Ness. ”PEGANGAN PADAKU!!” teriak Ness tiba-tiba mengejutkan Calista yang
langsung memeluk pinggang Ness dari belakang.
Arkhataya menyemburkan kembali api dari
moncongnya. Hawa panas terasa dekat di kulit Calista. Untuk sesaat pikiran
Calista melayang kembali ke sebuah pondok kecil tempat dimana ia melakukan
ritual pemanggilan arwah Obidia bersama Evelyn,
”Apakah kau sudah menanyakan yang kuminta?” bisik Calista pada Evelyn.
Evelyn tersenyum datar. “Obidia bilang, kau tidak akan bisa membunuhnya.
Kau hanya bisa mengurungnya dalam raga yang mati.”
Pandangan Calista nanar oleh
semburan-semburan api yang ditiupkan Arkhataya dengan amarah. Kembali terngiang
ucapan Evelyn tempo hari di benaknya.
“Kau tidak akan bisa membunuhnya. Kau hanya bisa mengurungnya dalam raga
yang mati.”
Seulas senyum mengembang di sudut
bibir Calista.
“NESSS!!! AKU TAHU BAGAIMANA CARA MENGALAHKANNYA!!
teriak Calista bersemangat.
Ness menoleh senang. “Bagus!! Tunggu
apalagi sayang. Lakukan sekarang atau kita akan hangus terbakar semburan api
makhluk jelek itu!!”
“Turunkan aku sekarang Ness!!” seru
Calista penuh percaya diri.
Sepasang mata emas Ness menyipit
ragu. “Kau yakin?!”
“Yah. Aku sangat yakin! Aku akan
melenyapkan Arkhataya untuk selamanya!” kerling Calista pada Ness.
Dengan cepat Ness menepuk punggung
Griffin seraya membisikkan sesuatu. Dengan kecepatan penuh Griffin menukik
tajam.
“Pegang aku Cal!” perintah Ness.
Dengan sedikit gemetar Calista
memeluk erat pinggang Ness.
Arkhataya mengerang keras dan
membuntuti kami dengan penuh amarah.
Griffin terus menukik dan menjejakkan
cakar-cakarnya diatas dataran tebing curam dengan sempurna.
Calista langsung merapalkan mantra dizzante. Dengan cepat gulungan asap
hitam menggulung tubuhnya turun dari punggung Griffin dan menjejakkan kaki
dengan rapih di dataran yang tak rata tersebut.
“Pergilah dari sini Ness!! teriak
Calista pada Ness.
“Apa kau sudah gila?? Aku tidak akan meninggalkan kau sendirian
dengan monster itu!!” nada suara Ness meninggi.
“Percayalah padaku Ness. Sekarang
pergii!!” teriak Calista begitu melihat jarak Arkhataya sudah begitu dekat.
Ness bergumam kesal meski akhirnya mengikuti
kemauan Calista. Dengan cepat Ness menepuk punggung Griffin untuk kembali
terbang menjauh.
Calista segera berlari mencoba
mencari perlindungan.
Tapi sayangnya seseorang terlihat berdiri
tegak dengan angkuh menatapnya dengan mata penuh kebencian.
Tubuh Calista terasa lemas begitu melihat
Quilla berdiri di depannya.
”KAU AKAN MATI DITANGANKU PENYIHIR!!”
teriak Quilla seraya melayangkan bola api yang berada ditangan kanannya kearah
Calista yang spontan meluncurkan sihir api peri bersamaan.
Calista dan Quila sama-sama terdorong
jatuh begitu kekuatan api mereka saling bertabrakan di udara.
”KUMOHON QUILLA JANGAN SEKARANG!!” pinta
Calista panik.
”KAU MEREBUT NESS DARIKU!!!” teriak Quilla
lagi histeris.
Calista berlari menghindari lemparan sihir
api Quilla.
”NESS MILIKKKUU!! amuk Quilla semakin
menjadi.
Bersamaan itu pula Arkhataya telah
menjejakkan cakar-cakarnya yang tajam dengan mantap tepat di tempat Calista dan
Quilla tengah bersiteru.
”DIMANAAA RAGAA YANG KAU JANJIKAANNNN!!!”
erangan Arkhataya menggema keras mengejutkan Calista dan Quila bersamaan.
Quila sempat terpana melihat Arkhataya.
”CALISTAAA!!!!” erang Arkhataya marah.
Sepasang
mata hitam dengan bintik merah di bola matanya kini menatap buas kepada Calista
yang nyaris berhenti bernapas.
”Aku tidak punya raga untukmu!” Sahut
Calista takut-takut.
”ARRRRGGGGGGGGHHHHHHH!!!!!!!” Arkhataya
berteriak marah yang menyerupai erangan panjang bagi yang mendengarnya tanpa
gelang.
Quilla menatap Calista sedikit terkejut.
”Kauu!! Kauu berbicara dengan naga jelek itu penyihirr!!”
Calista hanya dapat menatap Quilla.
”KAUUU MENANTANGKUU GADISS BODOHH!!!”
Arkhataya mulai berjalan mendekati Calista dengan menggelengkan kepalanya ke
kanan ke kiri lalu mengerang panjang.
”TIDAKK!! BUKAN SEPERTI ITUU!!” bantah
Calista panik.
Arkhataya menoleh pada Quilla lalu
mengerang keras dan berbalik mendekati putri Zordius yang wajahnya kini menjadi
pucat ketakutan.
”AKU AKAN MEMBUNUHH TEMANNMU ITUU!!” moncong Arkhataya mengendus keras dan
langsung bergerak mendekati tubuh Quilla.
”QUILLAAAA LARIII!!!!” teriak Calista
panik.
Wajah Quilla pucat lalu berlari mencoba
menghindari Arkhataya.
” Icessendrios!!!
teriakk Calista.
Butiran-butiran es keluar dari kedua
telapak Calista meluncur kearah Arkhataya. Dan menghujam cepat ke tubuh
Arkhataya.
Punggung besarnya yang bertanduk hingga
ujung buntut Arkhataya terkena hujaman es bertubi-tubi. Arkhataya mengerang
marah dan sibuk menghindar.
Calista menarik tangan Quilla untuk
melarikan diri. sayangnya Quilla yang angkuh malah menghentakkan tangan Calista
dan berteriak marah.
”Jangan sentuh aku penyihir!!!” teriak
Quilla marah.
”Arkhataya akan membunuhmu! Dan dia bersungguh-sungguh
akan melakukan niatnya itu Quilla!” sahut Calista putus asa.
Quilla memiringkan kepalanya seraya
menatap angkuh kepada Calista.
”Baiklah! Tapi sebelum naga jelek itu
membunuhku. Aku akan memastikan dia membunuhmu terlebih dahulu penyihir!!!”
teriak Quilla seraya menarik tangan Calista dan mendorongnya kasar hingga
Calista terjerembab jatuh diantara bebatuan tak rata.
Kening Calista berdarah terkena ujung
bebatuan yang tajam.
Quilla lalu berbalik dan berteriak
memanggil Arkhataya. ”HEYYY! NAGAA
BRENGSEK!!”
Arkhataya menoleh pada Quilla.
Tangan Quilla menunjuk pada Calista yang
berusaha bangkit dan mengelus dahinya yang berdarah.
”DATANGLAH PADA TUANMU YANG TIDAK BERGUNA
ITUU!!’ teriak Quila sinis.
Sepasang mata hitam dengan bintik merah di
bola mata Arkhataya kini menatap buas kearah Quilla dan Calista bergantian lalu
mengerang keras. Lalu Arkhataya meluncur cepat kearah Quilla yang nampak
terkejut karna tidak menduga jika Arkhataya justru malah mengejarnya.
Quilla panik. Dengan cepat mengayunkan
kedua telapak tangannya kearah Arkhataya. Bola api keperakan meluncur cepat
kearah Arkhataya yang langsung mengepakkan sayapnya dan terbang menghindar.
Serangan Quilla meleset.
Arkhataya kini mencengkramkan
cakar-cakarnya pada tubuh Quilla yang menjerit ketakutan.
”QUILLAAA!!!” seru Calista panik seraya
merapalkan mantra dizzante kearah
Arkhataya.
Gulungan asap meluncur kesekeliling tubuh
naga besar itu. Arkhataya mengerang keras berusaha melepaskan dirinya dari
belitan asap hitam dan tanpa sengaja cakar-cakarnya melepaskan tubuh Quilla
diatas ketinggian.
Quilla kembali menjerit histeris.
Dengan cepat Calista melepaskan gulungan
asap ke tubuh Quilla. Tubuh Quilla yang tergulung asap hitam meluncur perlahan
dan mendarat dengan pelan .
Calista berteriak keras seraya merapalkan
mantra api peri kearah Arkhataya.
“Dengan segala kekuatan cahaya bumi. Bakar
dan hanguskan keinginanku!!!
Arkhataya
yang masih terbelit gulungan asap hitam mengerang keras begitu cahaya api
berwarna biru terang menyambar mata kanannya. Arkhataya kehilangan keseimbangan
dan menukik tajam, terhempas diantara bebatuan tebing.
Sementara
itu para ksatria Crystal dan prajurit cahaya yang melihat dari tempat
persembunyian menunggu dengan wajah ketakutan. Zordius menatap cemas kearah
jatuhnya sang naga.
Calista
segera berlari menghampiri Quilla yang masih duduk terpana karena shock.
“Aku
akan membawamu ke tempat aman.” ucap Calista seraya mengulurkan tangannya pada
Quilla.
Quilla
tersadar. Ia berdiri dari tempatnya terduduk dan tak menghiraukan uluran tangan
Calista. Lalu menatap Calista dingin dengan raut kesal.
“Mereka
berpikir kau akan menyelamatkan kita semua. Tapi kau tahu itu semua hanya omong
kosong! Naga itu sepertinya begitu bernafsu hendak membunuhmu!!” sindir Quilla.
“Kau
benar. Dan aku tidak akan berbohong padamu!” sahut Calista dingin.
“Apakah
Ness mengetahui semua ini??” pancing putri Zordius itu dengan angkuh.
Calista
hanya menghela napas panjang dan mengangguk pelan. “Ya.”
Wajah
Quilla kembali memerah. “Dia tahu! Dan dia melindungimu!”
Calista
hanya terdiam menahan napas dengan penuh ketegangan.
“Kalian
berdua memang brengsek!!! Aku benci kaliaann!!” maki Quilla marah dan berjalan
pergi meninggalkan Calista yang hanya dapat menarik napas panjang.
‘CALISTAA!!!”
panggil Ness dari atas punggung Griffin.
Calista
menoleh. Dilihatnya Ness yang tengah duduk diatas punggung Griffin tersenyum
penuh kecemasan.
Ness
menepuk punggung Griffin yang langsung meluncur pelan dan mendaratkan
kaki-kakinya yang kokoh di tanah.
Ness
melompat cepat dan berlari menghampiri Calista. Disentuhnya dengan lembut kedua
pipi Calista dengan kedua tangan kokohnya.
“Kau
baik-baik saja kan?! Aku benar-benar ketakutan setengah mati memikirkan
keselamatanmu!” desahnya lembut.
Calista
begitu bahagia mendengar ucapan Ness padanya.
Calista
menggeleng pelan.”Aku baik-baik saja Ness.”
Quilla
yang diam-diam memperhatikan dari balik pohon tua yang separuh tumbang mulai
terbakar cemburu. Napas Quilla memburu.
Suara
raungan kasar yang melengking tinggi mengejutkan Ness dan Calista.
Arkhataya
yang tadi terhempas di tebing kini terbang dengan segenap kemarahan yang meluap.
Tujuannya satu. Membunuh Calista yang telah mengingkari janjinya.
“Naiklah
keatas Griffin.” perintah Ness.
Calista
mengangguk.
Dengan
cepat Ness melompat ke punggung Griffin. Lalu mengulurkan tangannya pada
Calista. Calista yang menyambut uluran tangan Ness tidak menyadari bahaya yang
akan menyerangnya.
Quilla
muncul dari balik pohon tua dan berteriak marah seraya melontarkan bola api
kearah Calista.
Calista
memekik kesakitan begitu api lontaran Quilla mengenai tangannya. Griffin
tersentak kaget dan terbang cepat mencoba menghindari lontaran api kedua dari
Quilla.
“HENTIKAN
QUILLA!! teriak Ness marah berusaha mengendalikan Griffin yang malah terbang
menjauh.
Quilla
berlari kearah Calista yang memegangi tangan kanannya yang kesakitan.
Dilihatnya
separuh jarinya memerah seperti terbakar.
“JIKA
AKU TIDAK BISA MEMILIKI NESS. KAU PUN TAK AKAN KUBIARKAN MEMILIKINYA
PENYIHIRR!!” teriak Quilla kembali melontarkan bola api kearah Calista.
Dengan
cepat Calista melontarkan sihir api kearah bola api Quilla yang seketika itupun
padam.
Quila
terkejut dengan wajah penuh amarah.
“Icessendrios!!! teriak Calista sambil mengayunkan
kedua tangannya ke tubuh Quilla.
Butiran-butiran es tajam meluncur cepat
kearah Quilla.
Quilla berteriak panik.
Lalu sebuah cahaya putih meluncur cepat
membentengi Quilla dan meruntuhkan hujaman ratusan es di udara itu dan jatuh ke
tanah.
Zordius berdiri memperisai Quilla.
Calista terkejut dan menunduk hormat.
”Yang mulia.”
Quilla berteriak kesal. ”Dia merebut Ness
dariku ayah!!”
”DIAMM!!” perintah Zordius dingin pada
putrinya tersebut.
Belum sempat Calista menjelaskan pada
Zordius akan persoalan antara dirinya dengan Quilla. Arkhataya menukik tajam
sambil meraung keras mengejutkan dirinya, Zordius dan Quilla.
Zordius meraih tangan Quilla untuk
menghindar.
Sementara Calista melayangkan sihir api
nya kearah Arkhataya yang tidak tinggal diam dan menyemburkan api dari
moncongnya.
Calista berlari menghindar. Namun kakinya
tersandung batu besar hingga akhirnya terguling beberapa langkah.
Sementara Zordius tidak tinggal diam dan
mulai melayangkan bola api ke wajah Arkhataya yang menoleh cepat. Sayangnya
bola api tersebut mengenai sayap Arkhataya.
Separuh sayap Arkhataya pun terbakar.
Arkahataya mengerang marah dan mengejar
Zordius yang berlarian menghindar bersama Quilla. Quilla mencoba membantu
ayahnya dengan melemparkan bola api dari kedua tangannya. Arkhataya semakin
murka dan mengejar Quilla yang berteriak panik ketakutan.
Cakar-cakar kokoh Arkhataya berhasil mencengkram
bahu Quilla dan melayang terbang sambil meraung keras menunjukkan raungan
kemenangan.
”AYAHHHH!!!” jerit Quilla ketakutan.
”QUILLAAAA!!!” Zordius berteriak murka
memanggil nama putri kesayangannya yang dibawa terbang Arkhataya ke langit
biru.
Arkhataya kembali meraung keras.
Dan tepat di depan mata Zordius, cakar-cakar
kokoh Arkhataya melemparkan tubuh Quilla dari langit.
”TIDAKKKK!!!!” teriak Zordius marah.
Ness yang berada di punggung Griffin
mencoba menolong dan mengejar tubuh Quilla, sayangnya semburan api dari moncong
Arkhataya menyambar sayap Griffin. Griffin mengerang panjang merasakan
kesakitan karena ujung sayapnya terbakar. Lalu oleng diudara dan menukik tajam
ke tanah. Ness terhempas dari punggung Griffin. Dan jatuh terguling di dataran
yang tak rata.
Jeritan pilu Quilla terdengar panjang dan
memilukan berbarengan dengan tubuhnya yang terhempas jatuh menabrak tebing
curam.
”QUILLAAA!!!” kembali Zordius berteriak
pilu memanggil nama putri satu-satunya itu.
Tubuh Quila terhempas keras ke tanah dan
tewas seketika.
Zordius melompat turun sambil meratapi
putrinya yang kini terbujur kaku dengan wajah membiru jauh di bawah sana.
Odile dan beberapa pasukan cahaya
memberanikan diri mendekati tempat terjatuhnya Quilla.
Sementara itu Calista mencoba bangun
dengan rasa sakit luar biasa di seluruh tubuhnya. Lengannya lecet terkena
bebatuan tajam. Sementara ia masih merasakan jari kanannya terasa nyeri akibat
terbakar api peri Quilla.
Kemudian Calista berlari sekuat tenaga ke
ujung tebing. Dilihatnya Quilla yang terbaring kaku di bawah sana. Disampingnya
Zordius nampak tengah menangisi putri angkuhnya yang telah tiada itu.
Calista yang berdiri di ujung tebing tidak
menyadari jika Arkhataya telah mendaratkan sepasang cakarnya di tanah.
Arkhataya meraung keras.
Calista terkejut dan membalikkan badannya.
Sepasang mata Arkhataya yang kelam kini
menatapnya seolah tertawa puas. Calista dapat melihat dengan jelas jika separuh
sayap Arkhataya telah hangus terbakar. Moncongnya mengeluarkan asap panas.
Arkhataya meraung keras pada Calista.
Calista menarik napas panjang mencoba
untuk tenang.
”BERSIAPLAHH!! AKU AKAN SEGERA MENEMPATI
RAGAMUU ITU PENYIHIRR!!!” kekehnya berupa raungan panjang yang menyeramkan.
Calista mundur perlahan ke bibir tebing
tempat dimana ia memijakkan kakinya. Lalu perlahan melirik ke bawah tebing dengan
wajah tegang.
Calista menyadari jika ia berada di posisi
yang tidak menguntungkan. Tidak ada tempat untuk berlari atau bersembunyi karena
Arkhataya telah berdiri menghadangnya.
Kembali terngiang ucapan Evelyn
tempo hari di benaknya.
“Kau tidak akan bisa membunuhnya. Kau hanya bisa mengurungnya dalam raga
yang mati.”
Sepasang mata Calista kembali melirik
ke bawah tebing dengan was-was.
“KAU TERJEBAKK PENYIHIR!! RAGAMUU
MILIKKUUU!!!” raung Arkhataya senang.
Calista mencoba untuk memfokuskan
pikirannya pada Ness.
“Dengarkan aku Ness...” batin Calista mencoba untuk bertelepati pada Ness.
Ness yang tengah mencoba mengobati
Griffin merasakan keresahan luar biasa. Pikirannya kacau sekaligus bingung
memikirkan Calista.
“Ness.. Jemput aku di ujung tebing. Aku membutuhkanmu...”
Ness tersentak pelan.
Sekilas ia merasakan seolah Calista
baru saja berbicara dengannya.
“Ness aku membutuhkanmu. Jemput aku di ujung tebing ini.”
Dengan cepat Ness menoleh kearah tebing.
Dilihatnya Arkhataya tengah berhadapan dengan sosok Calista yang nyaris tidak terlihat
dari jarak pandangnya.
”Bangunlah. Kita harus menyelamatkan
Calista!!”
Griffin mengerang pelan.
”Kumohon. Kami membutuhkanmu...
Dengan susah payah Griffin berdiri. Seakan
tak ingin mengecewakan tuannya. Griffin memaksakan diri berdiri tegak dan mulai
mengembangkan sayapnya.
Wajah Ness tersenyum datar. ”Terimakasih.”
Lalu dengan cepat Ness melompat ke
punggung Griffin yang dengan cepat mengepakkan sepasang sayapnya dan terbang
menuju tebing tempat Calista berada.
Sementara
itu Calista yang tengah menatap Arkhataya berusaha memutar otak untuk
melumpuhkan Arkhataya.
Sayangnya
Arkhataya mulai menyenandungkan rapalan mantranya pada Calista.
DARAH PENYIHIR AKAN MENJADI DARAHH PARA PENYIHIR
KETIKA YANG HIDUP AKAN MATI DAN YANG MATI AKAN HIDUP KEMBALI.
SATUKAN DARAHH DAN JIWA RAGA KAMI YA ORUA HITAM.
DARAH PENYIHIR AKAN MENJADI DARAHH PARA PENYIHIR
KETIKA YANG HIDUP AKAN MATI DAN YANG MATI AKAN HIDUP KEMBALI.
SATUKAN DARAHH DAN JIWA RAGA KAMI YA ORUA HITAM.
Calista terpana begitu mendengar Arkhataya
menyebut nama ruh hitam Orua.
SATUKAN DARAHHH DAN JIWA RAGA KAMI YAA ORUA HITAMM
SATUKAN DARAHHH DAN JIWA RAGA KAMI YAA ORUA HITAMM
Arkhataya tiba-tiba menorehkan cakarnya pada
lengan Calista yang langsung menjerit kesakitan. Darah mengucur cepat dari
lengan Calista.
Wajah
Calista pucat menahan rasa sakit di lengannya yang masih mengucurkan darah.
DARAH PENYIHIR AKAN MENJADI DARAHH PARA PENYIHIR
KETIKA YANG HIDUP AKAN MATI DAN YANG MATI AKAN HIDUP KEMBALI.
SATUKAN DARAHH DAN JIWA RAGA KAMI YA ORUA HITAM.
DARAH PENYIHIR AKAN MENJADI DARAHH PARA PENYIHIR
KETIKA YANG HIDUP AKAN MATI DAN YANG MATI AKAN HIDUP KEMBALI.
SATUKAN DARAHH DAN JIWA RAGA KAMI YA ORUA HITAM.
Calista merasakan sepasang kakiknya mulai kaku.
Aku
tidak bisa merasakan kedua kakiku. Batin Calista panik.
DARAH PENYIHIR AKAN MENJADI DARAHH PARA PENYIHIR
KETIKA YANG HIDUP AKAN MATI DAN YANG MATI AKAN HIDUP KEMBALI.
DARAH PENYIHIR AKAN MENJADI DARAHH PARA PENYIHIR
KETIKA YANG HIDUP AKAN MATI DAN YANG MATI AKAN HIDUP KEMBALI.
”Aku tidakk akann menyerahkann ragaku padamu
Arkhataya!!” seru Calista seraya melayangkan sihir apinya ke moncong Arkhataya
yang langsung meraung kesakitan.
”CALISSTAAAA!!
seru Ness dari atas punggung Griffin.
Calista menoleh penuh kelegaan. Namun ia tidak
dapat menggerakkan kedua kakinya.
”Dia
memantrai aku Ness!!” seru Calista.
”Gulung dirimu kearahku Cal! Kau bisa melakukannyaa!” teriak Ness panik dari atas Griffin yang masih melayang di udara.
”Gulung dirimu kearahku Cal! Kau bisa melakukannyaa!” teriak Ness panik dari atas Griffin yang masih melayang di udara.
Dengan
cepat Calista segera memantrai tubuhnya dengan sihir asap dizzante nya. Dan dengan kedua tangannya yang masih dapat
digerakkan Calista menggulung sendiri tubuhnya meluncur kearah Griffin.
Mata
kanan Arkhataya yang terbakar membuat Arkhataya kehilangan fokus pandangannya.
”KAUU
MILIKKUU PENYIHIRRR!!” raung Arkhataya murka.
Dengan
segenap kekuatannya Arkhataya mengejar tubuh Calista yang tergulung asap hitam
dan meluncur di udara.
Sepasang
mata Calista dapat melihat begitu dekatnya jarak antara Arkhataya dengan
dirinya.
Aku harus mengurungnya dalam raga yang mati.
Tapi bagaimana? batin Calista panik.
Tanpa disengaja sepasang mata Calista tertuju pada kilauan cahaya mentari yang terpantul dari gelang emas berbentuk naga yang melingkari lengan kanannya. Gelang warisan dari Obidia.
Tanpa disengaja sepasang mata Calista tertuju pada kilauan cahaya mentari yang terpantul dari gelang emas berbentuk naga yang melingkari lengan kanannya. Gelang warisan dari Obidia.
Calista
tertawa haru begitu teringat gelang warisan dari kakeknya tersebut.
Jarak Calista dengan Arkhataya kini
semakin dekat.
Dengan berkonsentrasi penuh Calista yang pandai menghafal mantra berteriak keras mengulangi rapalan mantra pemisah jiwa yang didengarnya dari moncong Arkhataya yang ditujukan padanya tadi.
Dengan berkonsentrasi penuh Calista yang pandai menghafal mantra berteriak keras mengulangi rapalan mantra pemisah jiwa yang didengarnya dari moncong Arkhataya yang ditujukan padanya tadi.
KETIKA
YANG HIDUP AKAN MATI DAN YANG MATI AKAN HIDUP KEMBALI.
Teriak
Calista lantang.
Arkhataya tertawa keras. ”BODOHHH!! KAU
JUSTRU MEMPERCEPAT PERPINDAHAN RAGA KITA!!!” raung Arkhataya puas.
”MENDEKATLAH
WAHAII ARKHATAYA!! teriak Calista membujuk sang naga.
Begitu Arkhataya mendekatkan kepalanya pada tubuh Calista dengan sekuat tenaga Calista membenturkan gelang emas warisan Obidia ke hidung naga tersebut. Yang langsung hilang keseimbangan dan meraung kesakitan karena mengeluarkan darah dari kedua hidungnya. Setetes darah Arkhataya pun terpercik di gelang emas warisan Obidia yang berada di lengan Calista.
Begitu Arkhataya mendekatkan kepalanya pada tubuh Calista dengan sekuat tenaga Calista membenturkan gelang emas warisan Obidia ke hidung naga tersebut. Yang langsung hilang keseimbangan dan meraung kesakitan karena mengeluarkan darah dari kedua hidungnya. Setetes darah Arkhataya pun terpercik di gelang emas warisan Obidia yang berada di lengan Calista.
Kemudian Calista berteriak keras-keras
dengan lantang.
KETIKA YANG HIDUP AKAN MATI DAN YANG MATI AKAN HIDUP KEMBALI
KURUNGLAH JIWA TERKUTUK INI DALAM RAGA MATI INI OH RUH HITAM ORUAAA
KETIKA YANG HIDUP AKAN MATI DAN YANG MATI AKAN HIDUP KEMBALI
KURUNGLAH JIWA TERKUTUK INI DALAM RAGA MATI INI OH RUH HITAM ORUAAA
Calista
menggeleng pelan dan tersenyum dingin. Lalu
mengangkat lengan kanannya tepat kearah mata Arkhataya yang tertuju pada
Calista. Arkhataya begitu bernafsu meluncur terbang mengejar tubuh Calista yang
masih tergulung asap hitam tanpa menyadari apa yang tengah dilakukan Calista
padanya.
”ARKHATAYAA!!” panggil Calista.
Sepasang mata kelam itu menatap Calista dengan buas. Tanpa membuang waktu Calista mengarahkan gelang naga emasnya sejajar dengan mata Arkhataya yang buta separuh.
Sepasang mata kelam itu menatap Calista dengan buas. Tanpa membuang waktu Calista mengarahkan gelang naga emasnya sejajar dengan mata Arkhataya yang buta separuh.
Calista
kembali berteriak merapal mantra.
KETIKA YANG HIDUP AKAN MATI DAN YANG MATI AKAN HIDUP KEMBALI
KURUNGLAH JIWA TERKUTUK INI DALAM RAGA MATI INI OH RUH HITAM ORUAAA
KURUNGLAHH JIWA ARKHATAYA DALAM RAGA MATI INII OHH RUHH HITAM ORUAAAAAAAAA
KETIKA YANG HIDUP AKAN MATI DAN YANG MATI AKAN HIDUP KEMBALI
KURUNGLAH JIWA TERKUTUK INI DALAM RAGA MATI INI OH RUH HITAM ORUAAA
KURUNGLAHH JIWA ARKHATAYA DALAM RAGA MATI INII OHH RUHH HITAM ORUAAAAAAAAA
Keajaiban
terjadi.
Tubuh besar naga tersebut hilang keseimbangan. Sepasang mata Arkhataya meredup dan mulai menutup perlahan.
Tubuh besar naga tersebut hilang keseimbangan. Sepasang mata Arkhataya meredup dan mulai menutup perlahan.
”TIDDAAAKKKKK!!!!”
raung Arkhataya keras namun terlambat.
Ruh
Arkhataya mulai merasuki gelang emas yang berada di lengan Calista. Calista
merasakan gelang di lengannya menjadi begitu berat namun perlahan mulai menjadi
ringan.
Aku berhasil mengurungnya. Aku berhasil
mengurung Arkhataya dalam gelang ini. Batin Calista senang bercampur haru
seraya mengelus gelang naga dilengan kanannya itu.
Bersamaan
dengan itu. Tubuh sang naga melayang jatuh dari ketinggian karena telah
kehilangan ruhnya. Namun sayangnya, Arkhataya yang licik masih sempat
menyemburkan api dari moncongnya kearah Calista yang tidak memperkirakan hal
itu akan terjadi.
Calista menjerit panik begitu terkena
percikan panas dari moncong Arkhataya.
Lengan
kiri baju Calista terbakar dengan sangat cepat.
Calista berteriak memanggil Ness seraya mencoba mematikan api yang mulai menjalar ke kerah bajunya dengan menepuk-nepuknya dengan telapak tangannya.
Calista berteriak memanggil Ness seraya mencoba mematikan api yang mulai menjalar ke kerah bajunya dengan menepuk-nepuknya dengan telapak tangannya.
Ness
menepuk punggung Griffin yang masih terluka, memaksanya untuk terbang demi menyelamatkan
Calista.
Tubuh
Calista jatuh meluncur cepat karena sudah terlepas dari mantra sihir asap yang
sudah tidak membelit tubuhnya di udara lagi.
Ness
berhasil menangkap tubuh rapuh Calista sambil berusaha mematikan percikan api
dikerah baju si penyihir naga tersebut.
Percikan
itu padam. Dan Calista berhasil diselamatkan oleh Ness.
Ness
memeluk gadis yang dicintainya itu dengan haru.
Menepuk
Griffin menjauhi tebing seraya menyaksikan tubuh sang naga yang terjatuh di
bawah tebing dengan keras.
Ness
pun bernapas penuh kelegaan.
***
Calista berdiri diatas tebing. Menatap
pemandangan disepanjang lembah Crystal dalam diam.
”Kau suka dengan apa yang kau lihat?” sapa
Ness pelan seraya memeluk Calista dari belakang.
Tanpa menoleh Calista hanya tersenyum dan
tak bergeming. Pandangannya tetap menatap lurus ke bawah tebing menikmati
pemandangan di lembah Crystal yang begitu indah.
”Heyy. Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku
sayang?” protes Ness pada Calista.
Calista tertawa.
”Yah aku menyukainya. Aku merasa seperti berada
dirumah.” sahut Calista pelan.
”Bagus! Karena kau memang telah berada
dirumah sekarang.” ucap Ness seraya mempererat pelukannya sambil mencium rambut
Calista yang tergerai tertiup angin sore.
Calista berbalik lalu menatap Ness
malu-malu. ”Meski terkadang sulit bagiku untuk menatap sepenuhnya keindahan
lembah ini hanya dengan satu mataku.”
Ness mengusap sisi wajah kiri Calista yang
mengenakan penutup mata. Ditatapnya wajah kekasihnya yang memiliki goresan luka
di sudut mata kiri nya itu, yang kini tertutup kain putih hingga ke separuh
wajah cantiknya.
Ness mencium bibir Calista tanpa merasa
risih dengan wajah kekasihnya itu.
Calista menarik wajahnya dari Ness dengan kikuk.
Sepasang mata emas Ness yang indah
menatapnya lembut. Kedua tangan kokoh Ness meraih wajah Calista dan mendekatkan
wajahnya kembali pada Calista.
Senyum indah menghias wajah tampan si
pangeran peri tersebut.
”Aku mencintaimu.” tegas Ness mencoba
untuk meyakinkan.
Setitik airmata haru terlihat berkilau di sudut
mata kanan Calista.
Ness mengusap airmata Calista.
”Aku akan selalu mencintaimu sepanjang
hidupku, Cal.” desah Ness dengan sepasang mata emasnya yang menatap dalam pada
Calista.
Calista tersipu dan mengangguk pelan. ”Aku
percaya padamu.”
Ness memeluk Calista dengan hangat.
Mereka kembali menikmati keindahan lembah
Crystal dalam diam.
Sementara itu senja mulai datang memerahkan
langit diatas tanah leluhur si gadis penyihir naga.
END.
Writer : Misaini Indra
Image from : http://wall.alphacoders.com/big.php?i=78182
Image from : http://wall.alphacoders.com/big.php?i=78182
No comments:
Post a Comment